Manfaat dari Limbah Kulit Nanas untuk Pembuatan Produk Baru
Masyarakat Indonesia menkonsumsi nanas hanya 53%, dan sisanya masih dibuang sebagai limbah. Menurut Mulyohardjo (1984), bagian kulit buah nanas masih mengandung daging yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan Bioetanol. Saat ini banyak industri yang memanfaatkan limbah untuk pembuatan produk baru yang bermanfaat bagi makhluk hidup lainnya seperti kulit buah nanas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, dimana dengan memanfaatkan kulit buah nanas dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan (Harahap, 2014).
Pembuatan etanol diperlukan bahan baku dengan kadar gula yang cukup tinggi. Kulit buah nanas diketahui cukup banyak mengandung gula, sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol. Menurut Harahap, (2014) kandungan gizi kulit buah nanas dapat dilihat pada Tabel 1 dan hasil analisis proksimat kulit buah nanas berdasarkan berat basah dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan data dari tabel 2, komponen terbesar dalam kulit nanas adalah air (86,7%) dan karbohidrat (10,54%). Karbohidrat terbagi menjadi tiga yaitu : monosakarida (glukosa dan fruktosa), disakarida (sukrosa, maltosa dan laktosa) dan polisakarida (amilum, glikogen dan selulosa). Menurut Harahap (2014) kandungan gula reduksi pada filtrat kulit nanas sebesar 11,40 %. Mengingat kandungan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol melalui proses fermentasi.
Kulit nanas adalah bahan organik yang mengandung karbohidrat yang dapat dijadikan alternatif bahan pembuat bioetanol. Karbohidrat ini perlu difermentasi sehingga menjadi glukosa dan ini bisa dilakukan oleh jamur atau bakteri. Pada tabel 3 kandungan gizi yang terdapat pada kuit nanas paling besar adalah kandungan vitamin A yaitu 130,00 (SI) kandungan karbohidrat 16,00 (g) dan kandungan air yang cukup tinggi yaitu 85,30 (g), Kalori 52,00 (kal), Protein 0,40 (g), Lemak 0,20 (g). Selebihnya adalah bagian yang bias dimakan yaitu daging buah 53 (%). Kandungan gizi kulit nanas disajikan pada tabel 3.
Fermentasi Bioetanol
Bioetanol adalah proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme dilanjutkan dengan proses destilasi. Sebagai bahan baku digunakan tanaman yang mengandung pati, lignoselulosa dan sukrosa. Dalam perkembangannya produksi bioetanol yang paling banyak digunakan adalah metode fermentasi dan destilasi (Harahap, 2014). Bioetanol atau etil alkohol yang dipasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil (Harahap, 2014).
Bioetanol dapat dibuat dari tiga jenis bahan baku, yaitu:
1. Sakarin. Sakarin adalah material yang di dalamnya terdapat karbohidrat dalam bentuk sederhana, enam dan dua belas molekul gula karbon seperti glukosa, fruktosa, dan maltose yang dapat langsung difermentasikan. Beberapa material yang mengandung sakarin, seperti : tebu, bit gula (sugar beets), buahbuahan segar dan kering, tetes dan lain-lain.
2. Saripati. Saripati merupakan bagian yang mengandung karbohidrat yang lebih kompleks seperti pati dan inulin yang dapat dipecah menjadi enam dan dua belas molekul gula karbon dengan proses hidrolisis dengan asam atau enzim di dalam proses yang disebut malting. Beberapa material yag mengandung saripati, seperti : nanas, Jagung, biji Sorghum, Jawawut (Barley), gandum, kentang, ubi jalar, ubi kayu, dan lain-lain.
3. Selulosa, Contoh selulosa seperti kayu, limbah kayu, kertas, jerami, batang jagung, tongkol jagung, kapas dan lain-lain, yang mengandung material yang dapat dihidrolisis dengan asam, enzim atau dengan kata lain dirubah menjadi gula yang dapat difermentasikan. Penggunaan paling besar dari gula untuk fermentasi adalah molasesnya yang mengandung sekitar 35-40% berat sukrosa, 15-20% berat gula invers seperti glukosa dan fruktosa, dan 28-35% berat padatan bukan gula. Molases diencerkan untuk memperoleh 10-20% berat gula. Setelah pH dijadikan 4-5 dengan asam mineral kemudian diinokulasikan dengan yeast dan difermentasi pada suhu 20-320C selama kira-kira 1-3 hari. Fermentasi langsung nira gula tebu, nira gula bit, molases gula bit, buah segar, sorghum, whey, susu skim digunakan untuk mendapatkan ethanol, tapi molasses adalah bahan terbaik untuk menghasilkan ethanol (Harahap, 2014).
Leave a Reply